Pembangunan PLTS Terapung Saguling 92 MW & Dampaknya terhadap Grid Nasional

PLTS terapung

Latar Belakang & Tujuan PLTS Terapung Saguling

Indonesia makin gencar mengembangkan sumber energi terbarukan, dan salah satu proyek unggulannya adalah PLTS terapung Saguling 92 MWp yang kini sedang dibangun di Waduk Saguling, Jawa Barat. Proyek ini bukan sekadar proyek pembangkit listrik biasa—ia simbol kemajuan transisi energi di tengah kebutuhan pasokan listrik yang terus meningkat. Reuters

PLTS terapung memiliki keunggulan: tidak memakan lahan darat, memanfaatkan permukaan air waduk, mengurangi evaporasi air, dan potensi efisiensi pendinginan panel karena kontak udara + efek air. Dengan kapasitas 92 MWp, proyek ini diharapkan menyuplai energi ~130 GWh per tahun dan mengurangi emisi karbon lebih dari 104.000 ton. Reuters

Pembangkit ini menjadi bagian dari peta jalan energi bersih Indonesia hingga 2034, di mana target tambahan energi terbarukan adalah 42,6 GW dan PLTS akan menyumbang sekitar 17,1 GW dari total itu. Reuters


Tantangan Teknis & Operasional Proyek Terapung

Membangun PLTS terapung menghadirkan sejumlah tantangan teknis:

  • Sistem jangkar & pelampung harus sangat kokoh agar modul panel tidak terlepas oleh gelombang air atau angin tinggi.

  • Sambungan listrik bawah air (underwater cable) yang tahan korosi dan mampu menahan tekanan air menjadi elemen penting.

  • Perawatan panel saat berada di permukaan air memerlukan akses khusus—tim pemeliharaan harus bisa menjangkau modul dengan aman.

  • Efisiensi panel bisa terganggu oleh kotoran air, lumut, atau endapan partikel—perlu teknologi pembersihan otomatis atau pengaturan sudut modul.

  • Integrasi ke grid (Jawa–Bali) membutuhkan sistem penyaluran daya, stabilitas frekuensi, dan cadangan energi agar fluktuasi produksi tidak menggangu jaringan listrik.

Dari sisi investasi, proyek semacam ini memerlukan modal besar awal dan risiko teknis tinggi — sehingga aspek mitigasi, studi kelayakan, dan manajemen risiko menjadi kunci agar proyek tidak gagal.


Dampak & Manfaat bagi Sistem Energi Nasional

Jika berjalan lancar, proyek ini akan membawa dampak positif:

  1. Menambah kapasitas listrik terbarukan
    92 MWp PLTS terapung akan menambah pasokan listrik bersih di Jawa–Bali, mereduksi ketergantungan pada pembangkit fosil dan inkonsistensi suplay.

  2. Mengurangi beban lahan & konflik penggunaan ruang
    Proyek di atas air berarti tidak mengambil lahan produktif (pertanian, pemukiman), sehingga konflik penggunaan ruang darat bisa diminimalkan.

  3. Efisiensi suhu panel & penurunan degradasi
    Pendinginan alami dari udara dan pantulan air bisa menjaga kinerja panel lebih optimal dibanding di darat di lokasi panas.

  4. Pendorong transformasi & investasi EBT
    Proyek semacam ini bisa menjadi showcase teknologi PLTS terapung di Indonesia dan menarik investor EBT untuk proyek serupa di waduk lain.

  5. Reduksi emisi & kontribusi iklim
    Dengan pengurangan emisi lebih dari 104.000 ton karbon per tahun, proyek ini mendukung komitmen Indonesia terhadap target iklim jangka panjang.

  6. Stabilisator pasokan listrik saat musim kemarau
    Karena produksi surya maksimal saat siang, PLTS terapung bisa membantu mengurangi tekanan beban puncak listrik di siang hari.


Risiko Bisnis & Strategi Keberlanjutan

Beberapa risiko bisnis perlu diantisipasi:

  • Proyek bisa menghadapi penundaan perizinan lingkungan atau izin pemanfaatan air (diterbitkan instansi daerah).

  • Gangguan teknis atau kegagalan sistem underwater cable bisa menyebabkan downtime jangka panjang.

  • Fluktuasi intensitas sinar matahari musiman dan musim hujan bisa mempengaruhi output listrik.

  • Biaya operasional & pemeliharaan bisa tinggi, terutama jika akses ke modul terbatas atau cuaca ekstrem.

  • Integrasi ke grid harus disertai cadangan daya atau penyimpanan energi agar jaringan tetap stabil.

Strategi agar proyek berhasil:

  • Lakukan pilot proyek skala kecil terlebih dahulu di waduk lain sebelum ekspansi.

  • Gunakan teknologi panel efisien dan sistem pelestarian modul dari lumut, debu, dan partikel.

  • Sistem pemeliharaan drone atau robot pembersih otomatis agar biaya operasi lebih rendah.

  • Skema pembelian listrik (power purchase agreement) jangka panjang agar keuangan proyek aman.

  • Kolaborasi pemerintah pusat-daerah dalam perizinan air dan lingkungan.


Penutup

Pembangunan PLTS terapung Saguling 92 MWp merupakan langkah nyata Indonesia memasuki era energi bersih dan memanfaatkan potensi inovatif pembangkit di atas air. Meski tantangannya besar, potensi manfaat jangka panjang terhadap pasokan listrik, pengurangan emisi, dan stabilisasi energi membuat proyek ini sangat strategis.

Keberhasilan proyek ini dapat membuka jalan bagi waduk-waduk lain di Indonesia untuk menjadi lokasi pembangkit listrik bersih masa depan, sehingga transformasi energi tidak hanya menjadi slogan, tetapi nyata dalam setiap aliran listrik yang kita nikmati.


Referensi

  • Reuters – Indonesia starts construction of 92 megawatt floating solar plant Reuters

  • Wikipedia – Indonesia Just Energy Transition Partnership Wikipedia

  • Reuters – Indonesia’s Danantara to deploy $10 bln in first three months Reuters

  • Reuters – Sovereign fund Danantara to launch waste-to-power projects by October-end Reuters

  • BPS – Indonesia’s Economic Growth Reaches 5.12 Percent in Q2-2025 Badan Pusat Statistik Indonesia